Sakura berjalan pelan kearah pintu rumahnya, ia meraih knop pintu tersebut dan membuka nya perlahan,
“SAKURA!!” seru sang ibu yang langsung memeluknya.
“kemana saja kau? Sasuke menghubungi ku. Dia menanyakan apa kah kau sudah pulang? dia sangat mencemaskan mu, sakura. Dia mencarimu sedari tadi. Kau kemana saja..?” lanjut ibu sakura. Sakura tersentak.
‘Sasuke? Mencariku?’ batinnya. Memang, ia sempat melihat mobil yang mirip dengan mobil sasuke, ia tak bisa membaca plat nomor mobil itu, matanya terkena air hujan. tapi apakah itu benar mobil sasuke? Jika ya, kenapa sasuke diam saja? Kenapa sasuke tak menolongnya? Dan justru membiarkan sasori yang membantunya. Sakura tersenyum miris.
-oOo-
“kenapa kau pergi semalam?” Tanya sasori. Sakura diam. Mereka sedang berada di lantai atas KHS, puncak ketinggian sekolah international itu,
“Kau meninggal kan pensi begitu saja, apa yang terjadi? Apa ino menyakiti mu?” Tanya sasori lagi. Sakura mengernyitkan dahinya heran.
“Kau tau dari mana?” Tanya sakura balik.
“Sasuke yang mengatakan nya” jawab sasori.
Sasuke? Berati ia mengetahui semuanya? Pemuda tampan itu tau bahwa ia berbicara dengan ino? Ia tau dan membiarkannya? Dalam hati sakura tertawa miris. ‘atau bahkan kau tau, bahwa aku pergi. Dan kau tak peduli sasuke?’ pikirnya lagi.
“Cerita kan pada ku kejadian semalam sakura” pinta sasori. Sakura mendesah kasar.
“A-Aku tidak bisa”
“Kenapa?”
“itu terlalu menyakitkan untukku”
“katakan saja. Aku tidak akan melarang mu menangis, jika itu dapat membuat mu lebih tenang” sakura menatap sasori dalam. Pemuda itu, pemuda yang slama ini ada disampingnya. Menemani suka duka nya selama ini. Lagi dan lagi ia mendesah kasar. Kenapa ia tak bisa membuka hati nya pada sasori, membiarkan pemuda itu menjaga dan melindungi nya sebagaimana seseorang melindungi kekasih nya? Kenapa ia justru menutup hatinya dan berharap pada sasuke? Ia menunduk kan kepalanya, menahan tangisannya.
‘Mungkin ini yang sasuke rasakan saat bersama ku slama ini’ pikir sakura. Jika dulu, ia yang berada di posisi Sasori, yang bertahan untuk tetap bersama seseorang yang dicintainnya, sedang kan seseorang tersebut justru memikirkan orang lain dari masa lalunya. Tapi sekarang? Ia yang berada di posisi sasuke saat itu. Ia tau pasti bagaimana posisi sasori saat ini.
“Sakura…..” panggil Sasori.
“pergilah sasori……” lirih sakura
“Apa?”
“Pergilah”
“ka-kau bicara apa?”
“aku tak ingin memberi harapan palsu padamu. Aku tak ingin menyakiti mu” sasori diam, menungggu Sakura melanjutkan kata-katanya.
“jangan berharap banyak padaku sasori, aku bahkan tak tau, sampai kapan aku akan bertahan dengan rasa ini, rasa yang sangat menyiksaku ini…” sasori menghela nafasnya berat. Ia meraih kedua tangan sakura lembut. dan menggenggam nya erat.
“aku tak peduli” ujarnya, tangan kanan nya bergerak menghapus air mata sakura.sedangkan tangan kirinya masih menggenggam tangan kiri sakura erat.
“aku akan menunggu sampai kau benar-benar membuka hatimu. Aku tau, itu takkan mudah sakura. Tapi aku yakin kau bisa” lanjut sasori.
“bagaimana jika aku tak bisa?” Tanya sakura, sasori tersenyum miris.
“Setidaknya kau masih disamping ku. Menjadi sahabat mu saja itu sudah cukup untukku. Kau tau, jika ada satu hal yang dapat membuat mu bahagia dan tersenyum, aku takkan membiarkan hal itu pergi. Sekali pun aku akan mengorbankan diriku sendiri”
“Kau berlebihan!” ujar sakura menghapus sisa airmata nya.
“aku serius!” ujar Sasori. Sakura memutar bola matanya.
“Bukan kah itu yang kau lakukan untuk sasuke?” ujar sasori.
“Hey! Tau darimana kau?” Tanya sakura mendadak tak terima, bagaimana bisa pemuda ini tau. Pikirnya
“Maaf kan aku sakura, aku tak sengaja membaca diary mu”
“AAPPPPPAAAAAAAAAA?” Histeris Sakura.
“Ka-Kau membaca nya? Ba-bagaimana bisa? SASORI kau menyebalkan!!! Apa saja yang sudah kau baca????” Sakura memukul-mukul lengan sasori berberapa kali. Sedangkan sasori, pemuda itu terlihat tertawa terbahak-bahak melihat sikap sakura.
“sakura, Hey! Percuma saja kau memukul ku seperti itu! Aku sama sekali tak merasakan apa-apa cantik!” seru sasori di sela tawa nya. Sakura menghentikan aktivitasnya, sadar kalau pukulannya tak berati apa-apa. Mungkin menurutnya pukulan itu sudah kuat, tapi bagaimana dengan sasori? Aish.
Sakura mencerucutkan bibirnya kesal,
“hey! Wajah mu terlihat sangat cantik jika seperti itu” ledek sasori. Sakura menatap sasori kesal dan tajam.
“Baiklah, Kau mau tau, apa saja yang aku baca?”
“Apa?” Tanya sakura cepat.
“tidak banyak”
“Apa?” desak sakura tak sabar, sasori terkekeh
“Hanya kau masih mencintainya”
“itu saja?” Tanya sakura heran
“Tidak! Aku juga membaca bahwa kau mencintaiku”
“Hah?” kaget sakura. ‘siapa yang menulis itu?’ pikirnya bingung
“Kau! Di dalam mimpiku” seperti dapat membaca pikiran sakura, sasori menjawabnya dan kemudian tertawa, sedangkan sakura yang sadar bahwa sasori mempermainkannya, membuatnya mau tak mau ikut tertawa. Ia sedikit terhibur dengan hadir nya Sasori disampingnya. Meskipun itu tak membuat nya dapat melupakan sasuke, tapi, ini lebih dari cukup untuknya. Semoga saja…
“SAKURA!!” seru sang ibu yang langsung memeluknya.
“kemana saja kau? Sasuke menghubungi ku. Dia menanyakan apa kah kau sudah pulang? dia sangat mencemaskan mu, sakura. Dia mencarimu sedari tadi. Kau kemana saja..?” lanjut ibu sakura. Sakura tersentak.
‘Sasuke? Mencariku?’ batinnya. Memang, ia sempat melihat mobil yang mirip dengan mobil sasuke, ia tak bisa membaca plat nomor mobil itu, matanya terkena air hujan. tapi apakah itu benar mobil sasuke? Jika ya, kenapa sasuke diam saja? Kenapa sasuke tak menolongnya? Dan justru membiarkan sasori yang membantunya. Sakura tersenyum miris.
-oOo-
“kenapa kau pergi semalam?” Tanya sasori. Sakura diam. Mereka sedang berada di lantai atas KHS, puncak ketinggian sekolah international itu,
“Kau meninggal kan pensi begitu saja, apa yang terjadi? Apa ino menyakiti mu?” Tanya sasori lagi. Sakura mengernyitkan dahinya heran.
“Kau tau dari mana?” Tanya sakura balik.
“Sasuke yang mengatakan nya” jawab sasori.
Sasuke? Berati ia mengetahui semuanya? Pemuda tampan itu tau bahwa ia berbicara dengan ino? Ia tau dan membiarkannya? Dalam hati sakura tertawa miris. ‘atau bahkan kau tau, bahwa aku pergi. Dan kau tak peduli sasuke?’ pikirnya lagi.
“Cerita kan pada ku kejadian semalam sakura” pinta sasori. Sakura mendesah kasar.
“A-Aku tidak bisa”
“Kenapa?”
“itu terlalu menyakitkan untukku”
“katakan saja. Aku tidak akan melarang mu menangis, jika itu dapat membuat mu lebih tenang” sakura menatap sasori dalam. Pemuda itu, pemuda yang slama ini ada disampingnya. Menemani suka duka nya selama ini. Lagi dan lagi ia mendesah kasar. Kenapa ia tak bisa membuka hati nya pada sasori, membiarkan pemuda itu menjaga dan melindungi nya sebagaimana seseorang melindungi kekasih nya? Kenapa ia justru menutup hatinya dan berharap pada sasuke? Ia menunduk kan kepalanya, menahan tangisannya.
‘Mungkin ini yang sasuke rasakan saat bersama ku slama ini’ pikir sakura. Jika dulu, ia yang berada di posisi Sasori, yang bertahan untuk tetap bersama seseorang yang dicintainnya, sedang kan seseorang tersebut justru memikirkan orang lain dari masa lalunya. Tapi sekarang? Ia yang berada di posisi sasuke saat itu. Ia tau pasti bagaimana posisi sasori saat ini.
“Sakura…..” panggil Sasori.
“pergilah sasori……” lirih sakura
“Apa?”
“Pergilah”
“ka-kau bicara apa?”
“aku tak ingin memberi harapan palsu padamu. Aku tak ingin menyakiti mu” sasori diam, menungggu Sakura melanjutkan kata-katanya.
“jangan berharap banyak padaku sasori, aku bahkan tak tau, sampai kapan aku akan bertahan dengan rasa ini, rasa yang sangat menyiksaku ini…” sasori menghela nafasnya berat. Ia meraih kedua tangan sakura lembut. dan menggenggam nya erat.
“aku tak peduli” ujarnya, tangan kanan nya bergerak menghapus air mata sakura.sedangkan tangan kirinya masih menggenggam tangan kiri sakura erat.
“aku akan menunggu sampai kau benar-benar membuka hatimu. Aku tau, itu takkan mudah sakura. Tapi aku yakin kau bisa” lanjut sasori.
“bagaimana jika aku tak bisa?” Tanya sakura, sasori tersenyum miris.
“Setidaknya kau masih disamping ku. Menjadi sahabat mu saja itu sudah cukup untukku. Kau tau, jika ada satu hal yang dapat membuat mu bahagia dan tersenyum, aku takkan membiarkan hal itu pergi. Sekali pun aku akan mengorbankan diriku sendiri”
“Kau berlebihan!” ujar sakura menghapus sisa airmata nya.
“aku serius!” ujar Sasori. Sakura memutar bola matanya.
“Bukan kah itu yang kau lakukan untuk sasuke?” ujar sasori.
“Hey! Tau darimana kau?” Tanya sakura mendadak tak terima, bagaimana bisa pemuda ini tau. Pikirnya
“Maaf kan aku sakura, aku tak sengaja membaca diary mu”
“AAPPPPPAAAAAAAAAA?” Histeris Sakura.
“Ka-Kau membaca nya? Ba-bagaimana bisa? SASORI kau menyebalkan!!! Apa saja yang sudah kau baca????” Sakura memukul-mukul lengan sasori berberapa kali. Sedangkan sasori, pemuda itu terlihat tertawa terbahak-bahak melihat sikap sakura.
“sakura, Hey! Percuma saja kau memukul ku seperti itu! Aku sama sekali tak merasakan apa-apa cantik!” seru sasori di sela tawa nya. Sakura menghentikan aktivitasnya, sadar kalau pukulannya tak berati apa-apa. Mungkin menurutnya pukulan itu sudah kuat, tapi bagaimana dengan sasori? Aish.
Sakura mencerucutkan bibirnya kesal,
“hey! Wajah mu terlihat sangat cantik jika seperti itu” ledek sasori. Sakura menatap sasori kesal dan tajam.
“Baiklah, Kau mau tau, apa saja yang aku baca?”
“Apa?” Tanya sakura cepat.
“tidak banyak”
“Apa?” desak sakura tak sabar, sasori terkekeh
“Hanya kau masih mencintainya”
“itu saja?” Tanya sakura heran
“Tidak! Aku juga membaca bahwa kau mencintaiku”
“Hah?” kaget sakura. ‘siapa yang menulis itu?’ pikirnya bingung
“Kau! Di dalam mimpiku” seperti dapat membaca pikiran sakura, sasori menjawabnya dan kemudian tertawa, sedangkan sakura yang sadar bahwa sasori mempermainkannya, membuatnya mau tak mau ikut tertawa. Ia sedikit terhibur dengan hadir nya Sasori disampingnya. Meskipun itu tak membuat nya dapat melupakan sasuke, tapi, ini lebih dari cukup untuknya. Semoga saja…
Comments
Post a Comment